Saat ini di dunia globalisasi, perusahaan multinasional belajar bagaimana
membuat strategi sifat budaya kritis menyebrangi penghalang dan menciptakan
keseragaman budaya kerja yang meliputi seluruh dunia.
Budaya Kuat Lawan Budaya Lemah
1. Budaya yang
Kuat
Budaya perusahaan yang kuat memberikan dampak yang besar pada kebiasaan dan
norma-norma perilaku perusahaan. Namun budaya perusahaan yang lemah memberikan
pengaruh yang sedikit pada perusahaan.
Pada budaya perusahaan yang kuat seluruh anggota manajemen memegang dan
melaksanakan nilai-nilai dan norma yang ada.
3 faktor yang berkontribusi pada perkembangan budaya perusahaan yang bagus
:
1.
Pendiri atau pemimpin yang menetapkan
nilai-nila, prinsi-prinsip dan kebiasaan yang konsisten dan sensibel sesuai
dengan kebutuhan pelanggan, kondisi kompetisi dan strategi persyaratan.
2.
Ketulusan, komitmen perusahaan yang
bertahan lama untuk melaksanakan bisnis sesuai dengan tradisi dengan
menciptakan lingkungan internal yang mendukung pembuat keputusan dan strategi
berdasarkan norma-norma sesuai dengan budaya.
3.
Peduli dengan 3 kontituen utama perusahaan
: - pelanggan, karyawan dan shareholder.
2. Budaya
Perusahaan yang Lemah
Budaya perusahaan yang lemah kurangnya nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
dibagi oleh manajemen. Hal ini biasanya terjadi jika pimpinan manajemen terdiri
dari beberapa orang yang mempunyai nilai dan prinsip yang berbeda
masing-masingnya.
Budaya ini tidak mempunyai asistensi dalam strategi eksekusi karena tidak
adanya tradisi, nilai-nilai, ikatan atau norma-norma perilaku yang digunakan
manajemen untuk memobilisasi komitmen untuk mengeksekusi untuk memilih strategi
eksekusi , tetapi negatifnya tidak ada dukungan dari manajemen.
3. Budaya yang
tidak sehat
Karakteristik dari budaya perusahaan yang tidak sehat dipresentasikan
dengan adanya budaya kontraproduktif yang memberikan pengaruh pada iklim kerja
dan penampilan perusahaan.
Berikut ini empat hal penyebab tidak sehatnya budaya :
1. Tingginya politisasi lingkungan internal
di mana banyak penyelesaian masalah berdasarkan pada kepentingan sekelompok
orang yang berkepentingan.
2. Kesulitan untuk berubah dan ketakutan umum
dari orang memperjuangkan arah baru dari segala sesuatu yang dilakukan.
3. Sebuah kepicikan “tidak diperlukan disini”
pola pikir yang membuat anggota perusahaan menentang unutk melihat keluar
perusahaan untuk latihan yang terbaik, pendekatan manajerial yang baru, dan
ide-ide inovatif.
4. Tidak memandang standar-standar etika yang
tinggi dan terlalu bersemangat mencapai kesejahteraan dan status pada bagian
ekskutif kunci.
Lingkungan internal yang dipolitisasi sangat tidak sehat. Hal ini membuang
energi perusahaan dengan sia-sia. Semua keputusan yang diambil oleh pihak top
manajemen berdasarkan pada kepentingan mereka. Kerjasama dengan unit-unit
diorganisasi dipandang dengan kecurigaan. Semua manuver yang diambil jauh dari
usaha-usaha untuk mengeksekusi strategi dengan kecakapan yang nyata dan anggota
perusahaan frustrasi yang sedikit politiknya dan lebih cenderung melakukan apa
yang menjadi ketertarikan utama perusahaan.
- Budaya Penolakan Terhadap
Perubahan
- Budaya difokuskan pada ketidak
hati-hatian
- Tidak Etis dan Budaya
dikendalikan Kerakusan
- Penyelenggaraan Budaya yang
tinggi
- Budaya Yang Beradaptasi
2
hal khusus dan ciri dominan dari budaya yang beradaptasi :
1.
Setiap perubahan pada praktek pengoperasian dan
perilaku tidak boleh berkompromi dengan nilai-nilai utama dan prinsip-prinsip
bisnis.
2.
Perubahan diinstitusi harus memuaskan
kepentingan-kepentingan legitimasi dari para stakeholder- pelanggan, karyawan,
pemilik, supplier dan masyarakat di sekitar perusahaan.
Budaya beradaptasi disesuaikan untuk perusahaan-perusahaan dengan perubahan
strategi yang cepat dan lingkungan pasar.
Budaya yang Sesungguhnya-Aksi-Aksi Perubahan
Eksekutif perusahaan harus memberikan beberapa usaha perubahan budaya
dengan memberikan contoh-contoh lewat sikap dan tingkah laku yang merupakan
cerminan dari keinginan yang kuat terhadap perubahan budaya.
Tanda-tanda yang kuat bahwa sebuah manajemen sungguh-sungguh melakukan
penanaman sebuah budaya baru termasuk :
1. Menganti para eksekutif kunci yang
memegang teguh budaya lama dan tidak menginginkan perubahan budaya dan
organisasi
2. Memberikan promosi kepada karyawan yang
mempunyai keinginan untuk merubah budayanya.
3. Mengambil pihak luar yang mempunyai
budaya yang kuat dan dapat memberikan contoh yang baik kepada karyawan yang
lain.
4. Menyaring semua kandidat karyawan
dengan hati-hati.
5. Memberikan mandat kepada semua anggota perusahaan
untuk mengikuti pelatihan budaya perusahaan.
6. Memberikan dorongan yang kuat untuk
implementasi gaya kerja yang baru dan prosedur pelaksanaan.
7. Memberikan insentif bagi persoanal
perusahaan yang melakukan budaya perusahaan dengan baik.
Merevisi peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan agar dapat membantu
perubahan budaya.
1. Top eksekutif harus memberikan
contoh pelaksanaan budaya perusahaan yang baik lewat sikap dan perilaku
kesehariaannya di dalam perusahaan.
2. Sebuah budaya perusahaan didasari
dan dibentuk oleh nilai-nilai utamanya yang menciptakan etika perilaku.
Pemimpin yang Diperlukan pada Proses Eksekusi Strategi
5 hal yang harus dilakukan oleh seorang manajer untuk memimpin proses
eksekusi strategi :
1. Tetap berada diposisi puncak apapun
yang terjadi, memonitor perkembangan, menemukan isu-isu dan mempelajar eksekusi
yang baik.
2. Meletakkan tekanan konstruktif pada organisasi untuk mencapai hasil dan
pelaksanaan yang baik.
3. Memimpin pengembangan kompetensi utama yang kuat dan kemampuan
berkompetisi.
4. Memperlihatkan integritas etikadan memimpin inisiatif tanggung jawab
sosial.
5. Mendorong aksi-aksi korektif untuk meningkatkan eksekusi strategi
dan mencapai target.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar