Kamis, 28 Desember 2017

Chapter 12 : Budaya Perusahaan dan Kepemimpinan: Kunci Strategi yang Baik Eksekusi

Saat ini di dunia globalisasi, perusahaan multinasional belajar bagaimana membuat strategi sifat budaya kritis menyebrangi penghalang dan menciptakan keseragaman budaya kerja yang meliputi seluruh dunia.
Budaya Kuat Lawan Budaya Lemah
1.    Budaya yang Kuat
Budaya perusahaan yang kuat memberikan dampak yang besar pada kebiasaan dan norma-norma perilaku perusahaan. Namun budaya perusahaan yang lemah memberikan pengaruh yang sedikit pada perusahaan.
Pada budaya perusahaan yang kuat seluruh anggota manajemen memegang dan melaksanakan nilai-nilai dan norma yang ada.
3 faktor yang berkontribusi pada perkembangan budaya perusahaan yang bagus :
1.   Pendiri atau pemimpin yang menetapkan nilai-nila, prinsi-prinsip dan kebiasaan yang konsisten dan sensibel sesuai dengan kebutuhan pelanggan, kondisi kompetisi dan strategi persyaratan.
2.   Ketulusan, komitmen perusahaan yang bertahan lama untuk melaksanakan bisnis sesuai dengan tradisi dengan menciptakan lingkungan internal yang mendukung pembuat keputusan dan strategi berdasarkan norma-norma sesuai dengan budaya.
3.   Peduli dengan 3 kontituen utama perusahaan : - pelanggan, karyawan dan shareholder.
2.    Budaya Perusahaan yang Lemah
Budaya perusahaan yang lemah kurangnya nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dibagi oleh manajemen. Hal ini biasanya terjadi jika pimpinan manajemen terdiri dari beberapa orang yang mempunyai nilai dan prinsip yang berbeda masing-masingnya.
Budaya ini tidak mempunyai asistensi dalam strategi eksekusi karena tidak adanya tradisi, nilai-nilai, ikatan atau norma-norma perilaku yang digunakan manajemen untuk memobilisasi komitmen untuk mengeksekusi untuk memilih strategi eksekusi , tetapi negatifnya tidak ada dukungan dari manajemen.
3.    Budaya yang tidak sehat
Karakteristik dari budaya perusahaan yang tidak sehat dipresentasikan dengan adanya budaya kontraproduktif yang memberikan pengaruh pada iklim kerja dan penampilan perusahaan.
Berikut ini empat hal penyebab tidak sehatnya budaya :
1. Tingginya politisasi lingkungan internal di mana banyak penyelesaian masalah berdasarkan pada kepentingan sekelompok orang yang berkepentingan.
2.  Kesulitan untuk berubah dan ketakutan umum dari orang memperjuangkan arah baru dari segala sesuatu yang dilakukan.
3. Sebuah kepicikan “tidak diperlukan disini” pola pikir yang membuat anggota perusahaan menentang unutk melihat keluar perusahaan untuk latihan yang terbaik, pendekatan manajerial yang baru, dan ide-ide inovatif.
4. Tidak memandang standar-standar etika yang tinggi dan terlalu bersemangat mencapai kesejahteraan dan status pada bagian ekskutif kunci.
Lingkungan internal yang dipolitisasi sangat tidak sehat. Hal ini membuang energi perusahaan dengan sia-sia. Semua keputusan yang diambil oleh pihak top manajemen berdasarkan pada kepentingan mereka. Kerjasama dengan unit-unit diorganisasi dipandang dengan kecurigaan. Semua manuver yang diambil jauh dari usaha-usaha untuk mengeksekusi strategi dengan kecakapan yang nyata dan anggota perusahaan frustrasi yang sedikit politiknya dan lebih cenderung melakukan apa yang menjadi ketertarikan utama perusahaan.
  1. Budaya Penolakan Terhadap Perubahan
  2. Budaya difokuskan pada ketidak hati-hatian
  3. Tidak Etis dan Budaya dikendalikan Kerakusan
  4. Penyelenggaraan Budaya yang tinggi
  5. Budaya Yang Beradaptasi
2 hal khusus dan ciri dominan dari budaya yang beradaptasi :
1.      Setiap perubahan pada praktek pengoperasian dan perilaku tidak boleh berkompromi dengan nilai-nilai utama dan prinsip-prinsip bisnis.
2.      Perubahan diinstitusi harus memuaskan kepentingan-kepentingan legitimasi dari para stakeholder- pelanggan, karyawan, pemilik, supplier dan masyarakat di sekitar perusahaan.
Budaya beradaptasi disesuaikan untuk perusahaan-perusahaan dengan perubahan strategi yang cepat dan lingkungan pasar.
Budaya yang Sesungguhnya-Aksi-Aksi Perubahan
Eksekutif perusahaan harus memberikan beberapa usaha perubahan budaya dengan memberikan contoh-contoh lewat sikap dan tingkah laku yang merupakan cerminan dari keinginan yang kuat terhadap perubahan budaya.
Tanda-tanda yang kuat bahwa sebuah manajemen sungguh-sungguh melakukan penanaman sebuah budaya baru termasuk :
1. Menganti para eksekutif kunci yang memegang teguh budaya lama dan tidak menginginkan perubahan budaya dan organisasi
2. Memberikan promosi kepada karyawan yang mempunyai keinginan untuk merubah budayanya.
3. Mengambil pihak luar yang mempunyai budaya yang kuat dan dapat memberikan contoh yang baik kepada karyawan yang lain.
4. Menyaring semua kandidat karyawan dengan hati-hati.
5. Memberikan mandat kepada semua anggota perusahaan untuk mengikuti pelatihan budaya perusahaan.
6. Memberikan dorongan yang kuat untuk implementasi gaya kerja yang baru dan prosedur   pelaksanaan.
7. Memberikan insentif bagi persoanal perusahaan yang melakukan budaya perusahaan dengan baik.
Merevisi peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan agar dapat membantu perubahan budaya.
1. Top eksekutif harus memberikan contoh pelaksanaan budaya perusahaan yang baik lewat sikap dan perilaku kesehariaannya di dalam perusahaan.
2. Sebuah budaya perusahaan didasari dan dibentuk oleh nilai-nilai utamanya yang menciptakan etika perilaku.
Pemimpin yang Diperlukan pada Proses Eksekusi Strategi
5 hal yang harus dilakukan oleh seorang manajer untuk memimpin proses eksekusi strategi :
1. Tetap berada diposisi puncak apapun yang terjadi, memonitor perkembangan, menemukan isu-isu dan mempelajar eksekusi yang baik.
2. Meletakkan tekanan konstruktif pada organisasi untuk mencapai hasil dan pelaksanaan             yang baik.
3. Memimpin pengembangan kompetensi utama yang kuat dan kemampuan berkompetisi.
4. Memperlihatkan integritas etikadan memimpin inisiatif tanggung jawab sosial.
5.  Mendorong aksi-aksi korektif untuk meningkatkan eksekusi strategi dan mencapai target.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar